Guru dan Metode Mengajar yang Berbeda

Oleh Rianto Irawan

 

Aditya Nugraha mungkin beruntung bisa mencintai pelajaran Fisika. Fisika yang dianggap salah satu pelajaran yamg sulit dan membosankan. Karena guru yang menyenangkan ia yang kini pengajar private fisika pun menyenangi pelajaran ini. Dan mengajarkan dengan gembira. Guru yang menyenangkan selalu menjadi impian. Guru berhadapan dengan siswa yang selalu menganggap pelajaran seperti fisika merupakan pelajaran yang membosankan.

Aditya saat itu ingin mengetahui mengapa siswa-siswanya menggambarkan apa itu Fisika.  Ia pun memberikan tugas dengan siswa menuliskan pngalamannya dalam bentuk puisi maupun cerita pendek. Hasilnya siswa mengekspesikan tentang pengalaman pelajaran fisika. Guru menjadi lebih tahu tentang pengalaman belajar si siswa.Guru hadir menjadi teman yang memberikan inspirasi dalam belajar yang menyenangkan.

Pengalaman Aditya sebagai guru itu dikisahkan dalam Focus Group Discusion 1 (FGD) yang diadakan Serrum. Mengumpulkan guru-guru kreatif dan merangkum kisah dalam menjadi guru dalam ingatan mengajar.Semua ini dilakukan Serrum sebagai suatu cara dalam merangkum pertanyaan mengapa Guru mesti kreatif?

Guru adalah cermin kreatif dalam mengajar. Bagi Agus Sampuno yang memiliki web gurukreatif.com persoalan kreatif bukan hanya milik orang seni. Guru hadir menjadikan siswa menyenangkan pelajaran. Guru ibarat Schafholding. Guru tak hanya berkaitan dengan transfer ilmu saja. Ibarat tangga guru mesti menjadi pijakan yang kuat bagi siswa dalam mengetahui dan mendapatkan pengalaman yang utuh dalam belajar. Agus selalu membagi kelasnya dengan pendekatan siswa yang introvert dan ekstrovert. Dari sana guru akan mengalami dan mengetahui kepribadian anak dalam belajar. Guru diajarkan jangan langsung mengambil sikap marah saat siswa berisik. Karena ada kemampuan yag dibutuhkan bagi siswaekstrovet dalam presentasi dan public speaking yang dibutuhkan dalam pengembangan belajar.

Guru yang menyenangkan akan ditunggu siswa-siswa. Darwono yang kini pengajar di Sekolah Diponegoro mengatakan guru seperti artis. Guru bisa tampil di mana pun. Guru harus mempunyai kesan dekat dengan siswa. Filosopi pendidikan “Mengubah arang menjadi berlian” adalah hal yang dipercayai Darwono. Sayangnya, pendidikan yang dimotori kurikulum 2013 tidak banyak perubahan siginifikan. Dilihat dari buku paket, Darwono menilai konten, metode, dan pendekatan tak lengkap.

Cintra seorang guru kimia yang baru mengajar private selama tiga tahun mempunyai pengalaman guru yang mendengarkan curhat siswa-siswanya. Cintra berkisah mengenai dirinya yang mengajar anak-anak les yang susah sekali dalam pendekatan belajar. Ia pun mendengarkan curhat siswa-siswanya.Cintra pun tahu mengenai kesukaan dan ketidaksukaan muridnya dalam pelajaran. Lalu mencatatnya di kertas. Dari sana  ia belajar mengenal si siswa.

Saat mengajar PPL, Cintra menerapkan bahwa pelajaran kimia dekat dengan kehidupan sehari-hari.  Saat istirahat anak-anak yang membeli makanan, dibuatnya agar jangan membuang bungkus makanantersebut. Tetapi dibawa ke dalam kelas. Di sana Cintra menerangkan zat yang terdapat di komposisi makanan yang tertera dalam bungkus makanan tersebut.  

Handoko dalam FGD mengingatkan saat seorang guru menginginkan siswa mempunyai pola pikir Out of the box, sebetulnya gurulah yang pertama kali yang mempunyai pola pikir out of the box. Bagi Handoko Guru yang mempunyai pola pikir out of the box terbiasa dengan metode apapun. Artinya kreatifitas guru akan terbuka karena terbiasa dan menerima metode apapun. Dalam FGD 1 metode  dirasakan guru perlu dalam memecahkan persoalan dalam belajar siswa.